Gunung Gamalama, yang menjulang megah di Pulau Ternate, Maluku Utara, adalah gunung berapi kerucut yang menguasai seluruh lanskap pulau ini.
Dengan ketinggian mencapai 1.715 meter di atas permukaan laut, gunung ini menyimpan kisah letusan dahsyat, mitos kuno, dan tradisi budaya yang mendalam.
Berikut adalah beberapa fakta unik yang membuat Gunung Gamalama menjadi destinasi wisata sekaligus ikon penting bagi masyarakat setempat.
1. Sejarah Letusan Pertama Kali pada Tahun 1538
Gunung Gamalama telah meletus lebih dari 60 kali sejak letusan pertama yang tercatat pada tahun 1538. Letusan paling mematikan terjadi pada tahun 1775, ketika Desa Soela Takomi lenyap bersama 141 penduduknya.
Tragedi ini menghasilkan dua danau yang kini menjadi landmark alam Ternate, yaitu b dan Danau Tolire Kecil.
Meskipun letusan besar terakhir terjadi pada 2011, di mana abu vulkanik memaksa warga mengungsi, aktivitas Gunung Gamalama yang aktif terus memberikan peringatan bahwa gunung ini tidak pernah benar-benar tenang.
2. Aktivitas Vulkanik yang Melahirkan Tradisi Kololi Kie
Gunung Gamalama yang terus bergolak menginspirasi masyarakat Ternate untuk menciptakan tradisi unik yang dikenal sebagai b.
Ritual tahunan ini mengharuskan masyarakat mengelilingi gunung sembari mengunjungi tempat-tempat keramat, termasuk makam leluhur, sebagai bentuk penghormatan dan doa agar gunung tidak meletus.
Meskipun gunung ini aktif, kehidupan di sekitar lereng gunung tetap berkembang, dengan populasi yang terus bertambah setiap tahunnya.
3. Asal Usul Nama “Gamalama”
Nama Gamalama diambil dari frasa bahasa setempat “Kie Gam Lamo”, yang berarti “Negeri yang Besar”.
Nama ini sesuai dengan peran Gunung Gamalama yang mendominasi seluruh Pulau Ternate, hanya menyisakan sedikit ruang bagi garis pantai dan lereng rendah untuk perkebunan.
Gunung ini, seperti gunung-gunung lain di Maluku, menjadi simbol penting bagi masyarakat setempat, baik sebagai pusat kehidupan maupun spiritualitas.
4. Letusan Besar Tahun 1770 yang Menciptakan Danau Tolire
Salah satu dampak besar dari letusan Gunung Gamalama pada 1770 adalah terbentuknya Danau Tolire Besar, sebuah danau kawah yang terletak di sisi barat laut gunung.
Danau ini menjadi daya tarik wisata yang populer, tidak hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena mitos dan legenda yang menyertainya.
Letusan terbaru pada 2015 kembali mengubah bentuk kerucut gunung, dengan munculnya lubang besar di kawah yang sering dijelajahi pendaki.
5. Dua Jalur Pendakian Gunung Gamalama
Bagi para pendaki, Gunung Gamalama menawarkan dua jalur utama, yakni dari Marikurubu dan Moya. Jalur dari Marikurubu lebih curam dan lebih sulit dilalui, sementara jalur Moya lebih panjang tetapi stabil.
Di sepanjang jalur Moya, pendaki akan melewati perkebunan cengkeh, durian, dan kayu manis yang menambah keindahan perjalanan.
Kedua jalur ini bertemu di Terminal (1.343 mdpl), sebuah area perkemahan yang menandai titik pertemuan sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak.
6. Titik Suci di Gunung Gamalama
Gunung Gamalama, seperti kebanyakan gunung di Maluku, memiliki titik suci yang dihormati oleh masyarakat setempat.
Masyarakat masih memegang teguh kepercayaan bahwa area tertentu di gunung ini disakralkan.
Pendaki dilarang buang air kecil atau melakukan tindakan yang dianggap tidak hormat di area tersebut.
Titik suci ini terletak di rerumputan lebat yang menawarkan pemandangan pertama kerucut gunung.
Di titik ini, pemandangan spektakuler terbentang di depan mata, dengan gunung-gunung di sekitarnya seperti Kie Matubu di Tidore dan Jailolo di Halmahera tampak jelas.
Kuburan para sultan terdahulu juga terletak di punggung bukit ini, menambah nuansa spiritual pada perjalanan mendaki Gamalama.
Gunung Gamalama bukan hanya gunung berapi aktif yang mendominasi Pulau Ternate, tetapi juga cerminan sejarah, budaya, dan spiritualitas masyarakat Maluku Utara.
Tradisi, legenda, dan keindahan alam yang mengelilingi gunung ini membuatnya menjadi destinasi wisata yang penuh pesona.
Bagi siapa saja yang berencana mengunjungi Ternate, mendaki Gunung Gamalama akan memberikan pengalaman yang menyatukan keindahan alam dengan nilai-nilai budaya yang kaya.
Gunung ini mengajarkan bahwa kehidupan dan kematian, keindahan dan bencana, bisa berjalan beriringan, menciptakan harmoni yang mendalam antara alam dan manusia.