Pulau Kemaro, yang terletak di tengah Sungai Musi, Palembang, menyuguhkan perpaduan unik antara keindahan alam, arsitektur yang memukau, dan legenda cinta yang abadi.
Pulau kecil ini menjadi magnet bagi wisatawan yang ingin merasakan budaya dan sejarah yang kental dalam suasana yang tenang dan penuh pesona.
Inilah alasan mengapa Pulau Kemaro menjadi salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi di Palembang.
Pagoda Ikonik di Pulau Kemaro
Daya tarik utama Pulau Kemaro adalah pagoda sembilan lantai yang menjulang di tengah pulau, menambah kesan magis bagi setiap pengunjung.
Dengan arsitektur khas Tiongkok yang dilengkapi warna-warna cerah dan relief yang menceritakan legenda Pulau Kemaro, pagoda ini menjadi pusat aktivitas keagamaan, terutama saat perayaan Imlek dan hari besar Buddha.
Selain pagoda, di Pulau Kemaro juga terdapat Klenteng Hok Tjing Bio atau yang lebih dikenal sebagai Klenteng Kwan Im.
Bangunan ini selalu ramai dikunjungi, baik oleh umat Tionghoa yang ingin berdoa maupun wisatawan yang tertarik untuk melihat keunikan budaya dan sejarahnya.
Di sini pula terdapat makam Tan Bun An dan Siti Fatimah, tokoh utama dalam legenda yang melatarbelakangi berdirinya pulau ini.
Kisah Cinta Tragis Tan Bun An dan Siti Fatimah
Di balik keindahan alam dan budaya Pulau Kemaro, tersembunyi kisah cinta yang menyentuh hati.
Legenda ini bercerita tentang Tan Bun An, seorang saudagar kaya dari Tiongkok yang jatuh cinta pada Siti Fatimah, putri asli Palembang.
Keduanya pergi ke Tiongkok untuk mendapat restu dari keluarga Tan Bun An. Setelah restu diberikan, orang tua Tan Bun An menghadiahkan tujuh guci besar sebagai simbol keberuntungan.
Namun, saat kembali ke Palembang, Tan Bun An merasa kecewa ketika membuka salah satu guci dan hanya menemukan sawi asin di dalamnya.
Marah dan merasa dipermainkan, ia membuang guci-guci tersebut ke Sungai Musi.
Ketika guci ketujuh pecah, ternyata di dalamnya tersimpan harta karun yang ditutupi sawi asin.
Menyesali tindakannya, Tan Bun An melompat ke sungai untuk mengambil guci-guci yang dibuangnya, diikuti oleh pengawalnya.
Siti Fatimah yang melihat kejadian ini akhirnya juga melompat untuk menyusul kekasihnya.
Tempat ketiganya terjun akhirnya membentuk pulau kecil yang kini disebut Pulau Kemaro, yang berarti “kemarau” karena pulau ini tetap kering meskipun arus Sungai Musi tinggi.
Kisah cinta yang penuh pengorbanan ini menarik banyak wisatawan yang ingin menyaksikan bukti cinta abadi tersebut.
Menikmati Wisata di Pulau Kemaro
Dengan luas sekitar 30 hektare, Pulau Kemaro menawarkan pengalaman wisata yang berkesan.
Setiap tahun saat perayaan Cap Go Meh, pulau ini selalu ramai dikunjungi, namun pengunjung dapat menikmati keindahan pulau ini sepanjang tahun.
Anda bisa berziarah ke makam Tan Bun An dan Siti Fatimah, menikmati keindahan arsitektur pagoda, atau sekadar bersantai sambil memandangi indahnya Sungai Musi.
Untuk mencapai Pulau Kemaro, Anda dapat menggunakan perahu dari Dermaga Benteng Kuto Besak.
Perjalanan selama sekitar 20 menit ini memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk menikmati keindahan Sungai Musi dari dekat.
Biaya penyeberangan biasanya berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 150.000 per orang untuk perjalanan pulang-pergi.
Mengapa Pulau Kemaro Patut Dikunjungi?
Pulau Kemaro tak hanya menawarkan arsitektur yang indah dan panorama yang menawan, tetapi juga nilai sejarah dan budaya yang mendalam.
Legenda cinta Tan Bun An dan Siti Fatimah menjadi daya tarik tersendiri yang memberikan dimensi emosional bagi para pengunjung.
Selain itu, suasana tenang dan arsitektur pagoda yang unik menjadikan pulau ini destinasi yang sangat berbeda dari tempat wisata lain di Palembang.
Jika Anda merencanakan liburan ke Palembang, jangan lewatkan Pulau Kemaro. Dari kisah cinta yang mengharukan hingga pemandangan eksotis Sungai Musi, pulau ini menyimpan daya tarik yang tak akan mudah dilupakan.
Abadikan momen liburan Anda di Pulau Kemaro dan rasakan sendiri pesona serta budaya yang khas dari destinasi wisata paling ikonik di Sumatera Selatan ini.